Kedepankan Sifat Tawadhu – Khutbah Jumat Bahasa Indonesia

Khutbah Pertama

   اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ
الشَّرَائِعِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّمِعُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا
الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ،
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا
خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

Jamaah Jumat
Rahimakumullah

Marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan
kita kepada Allah SWT, dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yakni
mengerjakan apa yang diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang, kapan pun
dan di mana pun, dalam keadaan bagaimana pun, senang maupun susah, gembira
ataupun sedih. Karena dengan bertaqwa kepada Allah SWT maka kehidupan kita akan
terjamin kebaikannya baik di dunia maupun di akhirat kelak, juga memberikan
jalan keluar atas setiap masalah yang kita hadapi. 

Jamaah Jumat
Rahimakumullah

Telah kita ketahui
bersama bahwasannya Tawadhu adalah menempatkan kerendahan hati kita lebih
rendah daripada orang lain, dengan tujuan menghindarkan sifat sombong yang
kerap kali muncul dalam diri kita. Tawadhu sangatlah penting kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan kita kepada Allah SWT maupun
kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Adapun lawan dari tawadhu adalah sifat sombong. Sombong
adalah pangkal berbagai macam sifat tercela lainnya. Kita tentu hafal betul
kisah Iblis yang menolak bersujud dalam rangka menghormati Nabi Adam AS.
Hal Itu tidak lain karena kesombongan makhluk terlaknat tersebut. Pasalnya,
Iblis merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam as
diciptakan dari tanah. 

Jamaah Jumat yang
Dirahmati Allah

Imam al-Ghazali dalam
kitabnya, Bidayatul Hidayah menegaskan
bahwa merasa lebih baik dari makhluk lain adalah bentuk kesombongan. Karenanya,
kita harus meyakini bahwa sesungguhnya yang terbaik di sisi Allah SWT itu
adanya di akhirat kelak. Hal demikian tentu saja tidak berada dalam jangkauan
kita sebagai manusia biasa. Kita harus memiliki keyakinan bahwa orang lain itu
lebih baik dari kita. Jika dalam pandangan mata terlihat buruk, kita tidak
dapat menganggap keseluruhannya demikian. Setiap manusia pasti memiliki sisi
yang baik
dan kelebihannya masing-masing atas karunia dan
rahmat Allah SWT
.  

Imam al-Ghazali
memberikan tips bagaimana kita menggunakan kacamata tawadhu dalam melihat siapa
saja, anak kecil, orang tua, orang bodoh, atau orang kafir sekalipun. 

Anak kecil tentu belum
dihukumi taklif sehingga tidak bermaksiat kepada Allah SWT, sedangkan hari-hari
kita yang mungkin tidak kita sadari masih terlalu sering berlaku bermaksia.
Dengan begitu, kita tidak perlu ragu untuk mengakui bahwa anak kecil atau
orang-orang yang lebih muda dari kita adalah lebih baik dari diri kita. Karena
anak kecil atau orang-orang yang masih muda masih sangat sedikit catatan
dosanya dan mereka juga berpotensi lebih baik amal ibadahnya dari kita diwaktu
mendatang.

Adapun pandangan kita kepada orang-orang yang lebih tua dari kita sudah
sepantasnyalah
dipandang lebih baik dari kita. Sebab, mereka lebih dahulu daripada kita
dalam beribadah kepada Allah. Karenanya, tak ada halangan lagi untuk meyakini
bahwa mereka
(orang-orang yang lebih tua dari kita) tentu lebih baik daripada
kita.

Sedangkan pandangan kita kepada orang-orang yang kurang sempurna dalam amal
ibadahnya, yang memang karena dasar keilmuannya yang kurang mumpuni, tentu kita
tidak serta merta merasa lebih baik dari mereka. Karena
mereka melakukan
maksiat, tentu itu didasari atas ketidaktahuannya, sedangkan kita
yang faham ilmu, masih terlalu sering lalai dalam menyempurnakan amaliah
peribadahan kita. Entah karena merasa lelah, malas, ataupun hal-hal duniawi
lainnya.
 

Betapa pentingnya sifat tawadhu, saling menghormati dan menghargai satu
sama lain, kepada siapapun baik kepada yang muda, kepada yang lebih tua. Bahkan
sifat tawadhu juga berlaku untuk kita terapkan
terhadap orang kafir sakalipun. kita tidak boleh merasa lebih baik, lebih mulia,
lebih sempurna dari mereka, karena segala kebaikan, segala kesempurnaan adalah
mutlak milik Allah SWT.
Sebab, mereka (orang-orang kafir) mungkin saja di suatu
saat nanti, atau mungkin di akhir hayatnya kelak,
atas izin, rahmat dan karunia Allah SWT yang Agung, mereka mengucapkan syahadat
dan wafat dalam membawa keislaman dan keimanan.
Masyaallah, hal yang demikian bukanlah sesuatu yang mustahil dan hanya Allah SWT yang Maha segalanya. Wallahu a’lam.   

Jamaah Jumat Hafidlakumullah

Dengan keyakinan
demikian, perasaan tidak lebih baik dari orang lain, maka kita akan berusaha
untuk terus memperbaiki diri, berintrospeksi, agar tidak lagi mengulangi
kesalahan dan dosa-dosa dikemudian hari dan menggantinya dengan sikap lebih
baik serta menyempurnakan kualitas peribadahan kita. 

Dengan tawadhu, dapat
meminimalisir sifat kita yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi
justru mencari dan menemukan kebaikan untuk kita tiru, kita teladani sebaik
mungkin sehingga kita bukan saja terhindari dari laku buruk, tetapi justru melampaui
hal tersebut, yakni dengan berlaku baik.   

Oleh karena itu,
jamaah Jumat sekalian, penting bagi kita untuk menerapkan sikap tawadhu dalam
kehidupan sehari-hari. Sebab, orang tawadhu adalah hamba Allah SWT yang
utama. 

  وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا
وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
 

Artinya : Adapun hamba-hamba (utama) Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah
orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan
‘salam’.
 
(QS. Al-Furqan : 63)

Jamaah Jumat yang
dimuliakan Allah 

Nabi Muhammad SAW
bersabda sebagaimana dicantumkan Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Lubabul Hadits: 

   التَّوَاضُعُ مِنْ أَخْلَاقِ الْأَنْبِيَاءِ
وَالتَّكَبُّرُ مِنْ أَخْلَاقِ الْكُفَّارِ وَالْفُرَاعِنَةِ

Artinya: Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para nabi, sedangkan takabbur/sombong
adalah akhlaknya orang-orang kafir dan para firaun.   

Oleh karena itu,
dengan kita bertawadhu, sesungguhnya kita tengah menjalankan salah satu
akhlaknya para Nabi. Dan semoga, kita dapat senantiasa menjalankan sikap
demikian ini. Meskipun mungkin akan sulit menerapkannya karena beragam hal,
mulai merasa diri lebih pintar, lebih alim, atau merasa lebih dekat dengan
Allah SWT dan sebagainya, tawadhu haruslah kita latih. Sedikit demi sedikit,
insyaallah, kita akan terbiasa bersikap
tawadhu kepada siapapun dan dimanapun kita berada.


   
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ
وإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ
مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah Kedua


   
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا
بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ
الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْاِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ
اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ
يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَاإِبْرَاهِيْمَ فِي
الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ
وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ.
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ
وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا
إِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا
رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي
الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ.
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ
اَكْبَرُ

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *